x

Like Our Facebook

Daftar isi

Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahasa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Maret 2012

Cerpen IBU

Setibaku di rumah aku terus menanggalkan sepatu dan baju sekolahku. Badanku terasa penat, lapar, dan haus. Perjalanan dari sekolah ke rumah yang ku tempuh dalam jarak 6 km dibawah terik matahari, cukup meletihkan.
                Aku ingin segera pergi ke dapur menikmati nasi dan lauknya yang biasanya telah disiapkan untukku. Tapi sebelum aku melanhkah, terdengar suara kak hardo memenggilku. Akupun lari mendapatinya. Kukira dia mau memberiku sesuatu. Tapi, harapanku itu segera lenyap ketika melihat muka kak hardo yang cemberut mmemandangku.
                Aku ditatapnya dengan pandang yang tak enak kurasakan. Lalu dengan isyarat anggukan kepala aku disuruh menggikutinya, aku dia ajak ke rumah bu Kesi tetangga sebelahku.
“kau mengaku saja Ar, jangan mungkir”, Aku tak mengerti apa yang dimaksudkannya. Hatiku mulai merasa tidak enak. Kalimatnya itu kurasakan bakal terjadi sesuatu yang tidak ku inginkan. Dan ternyata itu benar, ketika kak Hardo melanjutkan perkataannya : “Bu Kesi lapor padaku bahwa kau mengambil mangga didepan rumahnya”, berkata begitulah kak Hardo sambil menunjuk ke sebatang pohon mangga yang lebat buahnya, di muka rumah bu kesi.
“Tidak !” jawabku.
“ Kau jangan bohong! Mengaku saja terus terang”
“Tidak, Kak, aku tidak pernah mencurinya”, jawabku kesal.
Tiba-tiba Bu Kesi yang selama itu diam ikut bicara, “Ya, kamu kemarin yang merontoki mangga bu Kesi kan??, saya mengintip kamu dari lubang itu. Ia menunjuk pada sebuah lubang dinding kayu rumahnya. Lalu ia melanjutkan pembicaraannya,”bukannya Bu kesi ini terlalu hemat, cuman masih terlalu muda untuk diambili. Kalau emang kepingin, minta sajalah, pasti Bu kesi beri. Tidak baik Nak, mencuri.
                Aku makin merasa jengkel. Dlam hatiku aku memaki. Orang tua yang mukanya royok dimakan usia dan matanya yang kabur itu tentu salah lihat. Sekonyong-konyong orang tua dihadapanku itu berubah menjadi orang yang amat kubenci didunia ini.
“jadi, kau tidak mau mengakui perbuatanmu ??” bentak Kak Hardo mengancamku. Aku sidah hampir menangis namun masih bisa menjawab, “Betul Kak, aku tidak mencuri.. sumpah !!”. namun sehabis perkataanku itu tangisku mulai meledak tak bisa kutahan lagi. Dan ketika telingaku mulai dijewer Kak Hardo, aku menjerit kesakitan. Kemudian aku diseret Kak Hardo pulang. Sesampai dirumah aku ditampar, dijewer dan dipukuli hingga babak belur. Kemudian Kak Hardo mengammbil sebuah penggaris kayu lalu dipukulkan kesekujur tubuhku. Karena aku tetap menyatakan tidak mengambil, akhirnya Kak Hardo kelihatan ragu-ragu dan berkata, ”ya sudah, kalau tidak mengambil diam”.
                Tapi terdorong rasa jengkelku aku tidak bisa diam, tapi malah kukeraskan tangisku. Sekali lagi sekujur tubuhku diteter pukulan-pukulan yang dikeraskan, hingga akhirnya kayu penggaris itu patah menjadi dua.
“kau tidak mau diam Ar ??” ancam Kak Hardo lagi. Ketika itu aku tak merasa takut lagi oleh ancaman Kak Hardo.”tidak!!” Hatiku telah berontak. Aku tak mau menurut perintahnya. Aku terlanjur dia sakiti.
Tiba-tiba saja rambutku dijambaknya. Aku diputar kekanan terus diempaskan. Aku jjatuh tersungkur ditanah. Sakit rasanya, tapi rasa sakit hatiku lebih dari itu. Akupun bangkit dan menantangnya dengan jeritan ku. Biar, biarlah semaunya saja ia menghajar aku, aku terlanjur nekat. Entah karena kakHardo melihat mulutku berdarah atau karena kedatangan mbak Sindi untuk menolongku, Kak Hardo menjadi reda amarahnya. Kak sindi menghampiriku, terkejut melihatku.
“gimana sih, ngajar anak sampe kayak gini ?” Mbak sindi berkata demikian sambil membersihkan mulutku yang penuh tanah dan debu.
“kau mencuri Ar ??”
“tidak mbak”
“ya, mbak Sindi juga percaya kalau Ari tidak bakal mencuri. Ayo makan dulu, kau belum makan to ??”
Dengan muka masam mbak Sindi maninggalkan Kak Hardo tanpa berkata sepatah katapun. Aku dibimbingnya ke dapur. Setibaku didapur kulihat ibu masih membenahi alat-alat dapur yang berserakan.  Yeah,, seperti itulah ibuku, selamanya tidak pernah menghiraukan aku, begitu juga ketika  mendengar sedu-sadanku yang masih ketinggalan ibu tidak berttanya apa-apa. Malah kulihat mukanya yang masam.
                Memang, ibu sangat berlainan dengan ayah. Ayah suka betanya tentang diriku, tentang kesulitan-kesulitanku, atau tentang sekolahku. Ayah suka tersenyum kepadaku. Setiap ayah datang dari bepergian, sering juga dibawakan kue-kue, atau permen yang di bagikan kepada kami dengan jumlah yang sama. Tapi kini ayah telah tiada. Satu-satunya orang yang dekat denganku hanyalah Mbak Sindi.
 Pernah sekali waktu Mbak Sindi bertanya kepadaku, “kau sekarang tidur di bawah ya Ar ??
“Ya, mbak, ibu yang menyuruhku tidur dibawah”.
Dulu seingatku aku tidur besama Mbak Sindi. Tapi lama-kelamaan setelah aku bertambah besar, ibu menyuruhku tidur bersama Kak Hardo dan Dik Tato, adikku si bungsu, disebuah ranjang berkelambu. Akhir-akhir ini ibu menyuruhku pindah tidur di bawah. Katanya sih karena aku suka ngompol.
“kau masih suka ngompol Ar?” tanya Mbak Sindi lagi.
“sekarang sudah tidak mbak. Dik Tato yang masih sering ngompol. Tapi kok dik Tato tidak disuruh ibu tidur dibawah ya mbak ?? kenapa mbak?”
“dik Tato masih kecil, Ar. Nanti bisa masuk angin dia”,kata mbak Sindi.
“aku juga masih kecil, mbak, umurku baru delapan tahun. Bukankah hanya selisih dua tahun ?”
Mbak Sindi hanya diam menatapku dan aku melanjutkan bertanya,”Dik Tato kesayangan ibu ya Mbak??”
“Ari kan juga kesayangan ibu,”
“Ibu sering mencium Dik Tato, kenapa ibu tak pernah mencium aku Mbak ?”
                Mbak Sindi kembali diam menatapku. Di tatapnya mukaku dalam-dalam. Kemudian tanganku diraihnya. Tiba-tiba aku didekap dan diciumnya. Terasa ada air mata yang meleleh di pipiku. Dan ketika aku dilepaskan, kulihat muka mbak Sindi basah.
“Mbak, kenapa menangis?? Mbak Sindi sedih ya?”
“Tidak, Mbak Sindi gembira, Ar ! orang gembira juga bisa menangis mengeluarkan air mata. Mbak Sindi gembira melihat raapormu yang bagus itu”.
“Mbak, aku masih punya ibukan, Mbak ?”
“Masih kok, emang kenapa Ar ?”
“Katanya Yono, temanku, ibu kita ini ibu tiri. Bukan ibu kandung”.
                Mbak Sindi kembali terdiam lagi. Sekarang ia kelihatan gelisah. Sementara ia mengusap-usap kepalaku.
 “Mbak, potret yang dipasang di kamar mbak itu potret siapa ?”
Di kamar Mbak Sindi tergantung sebuah foto seorang perempuan yang usianya lebih kurang tiga puluh tahun, bersama seorang dara yang mukanya mirip Mbak Sindi.
“Ar, kau ingin tahu tentang siapa ibumu ?”
“Ya, Mbak”
“Mbak mau saja menceritakan semuanya, tapi kau harus berjanji kalau Mbak nanti selesai cerita, Ari tidak boleh sedih ya. Kalau Ari sedih Mbak Sindi malaah tambah sedih lagi”
“Ya, Mbak”
“Potret yang kau tanyakan itu ialah potret ibumu, ya ibu kita yang sesungguhnya. Gadis cilik yang digendongnya itu gambar Mbak Sindi sendiri, waktu Mbak Sindi masih berumur lima tahun. Ibumu telah lama meninggal, Ar. Waktu melahirkan kau. Lalu ayah kawin dengan seorang perempuan yang juga mempunyai seorang anak yaitu Kak Hardo. Kemudian lahirlah Dik Tato, adik kita. Lalu ayah meninggal. Setelah Mbak Sindi menikah foto itu diiserahkan kepadaku. Sering,bila aku merasa kesepian foto itu kuambil sekalipun aku tahu, potret itu makin menambah kesepian dalam hatiku”.

Pengetik
Nama : Zainul fanani




Jumat, 24 Februari 2012

Urutan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki

A. Urutan Daftar Pustaka

  1. Nama pengarang ditulis lengkap dan dibalik
  2. Tahun terbit
  3. Judul buku dimiringkan atau dicetak tebal
  4. Kota terbit
  5. Penerbit

Contoh :
Nama         : Prof. Goris Keraf
Tahun terbit         : 1990
Judul buku : menyimak
Kota terbit : Jombang
Penerbit         : AV

Jadi, bentuk dari datar pustaka dapat ditulis sebagai berikut :
Keraf. Goris. 1990. Menyimak. Jombang: AV
Keraf. Goris. 1990. Menyimak. Jombang: AV


B. Urutan Catatan Kaki

  1. Nama pengarang dtulis lengkap.
  2. Judul buku
  3. (Kota terbit: Penerbit, Tahun)
  4. Halaman

Contoh :
Nama         : Prof. Goris Keraf
Tahun terbit         : 1990
Judul buku : menyimak
Kota terbit : Jombang
Penerbit           : AV

jadi, bentuk dari datar pustaka dapat ditulis sebagai berikut :

Gorys Keraf, Menyimak, (Malang: AV, 1990), Hlm.64



NB : Dari keduanya jangan menggunakan title nama

Diketik oleh : Zainul Fanani

Kamis, 09 Februari 2012

Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita"

Ciri - ciri novel

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.

Makna Ungkapan dan Frasa

Makna kata denotatif adalah makna yang tersurat dalam kamus atau makna lugas atau arti sebenarnya          
Contoh: Bunga mawar itu dipetik Sinta dan disuntingkan di rambutnya.
Makna konotatif adalah makna kiasan atau makna bukan sebenarnya.
Contoh: "Hatiku berbunga-bunga setelah mendengar anakkujuara pertama. Berbunga-bunga mengandung    
makna bukan sebenarnya, yakni bergembira".

A. Ungkapan
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat diturunkan dari makna kata-kata yang membentuknya, seperti buah mulut, mata hati, jantung hati, dan sebagainya. Contoh ungkapan dan artinya:
a. Akibat peristiwa kemarin, ia menjadi buah bibir di desanya.
Buah bibir = bahan pembicaraan
b. Walaupun banyak rintangan yang menghadang,Arman tetap berhati baja menyelesaikan             permasalahannya sendiri.
Berhati baja = berpendirian teguh
c. Dimas adalah buah hati Pak Agus yang selalu dimanja.
Buah hati = anak kesayangan.

B. Sinonim dan Antonim
Sinonim adalah persamaan arti kata, sedangkan antonim adalah lawan arti kata. Perhatikan contoh berikut!
1. Nasib malang = nasib buruk >< nasib baik
2. Tewas = meninggal >< hidup

C. Frasa Atribut dan Frasa Atribut Berimbuhan Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang tidak berpola S-P atau yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat karena merupakan perluasan dari satu inti.
Frasa selalu menduduki satu fungsi, yaitu sebagai subjek (S), sebagai predikat (P). sebagai objek (O), atau sebagai keterangan (K).
Contoh:Rumah bagus itu terkena gusuran dua minggu yang lalu
1. rumah bagus - frasa subjek
2. terkena gusuran - frasa predikat
3. dua minggu - frasa keterangan

D. Pembentukan Frasa Baru Kata baru dalam bahasa Indonesia bisa berasal dari kata asing maupun kata daerah. Perbendaharaan bahasa Indonesia diperkaya oleh kata dan istilah serapan yang berasal dari bahasa asing. Kata atau istilah baru tersebut dapat masuk dengan cara sebagai berikut:
1.  Adopsi, terjadi jika pemakai bahasa mengambil makna kata asing secara keseluruhan.Contoh: plaza, mall, hotdog
2. Adaptasi, terjadi jika pemakai bahasa hanya mengambil makna katanya, sedangkan ejaan dan cara penulisannya disesuaikan dengan bahasa Indonesia.Contoh: provokator, reformasi
3. Terjemahan, terjadi jika pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dari bahasa asing dan kemudian dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.Contoh: uji coba, tumpang tindih, proyek rintisan

E. Ciri-Ciri Karangan
Semua jenis karangan memiliki ciri-ciri tersendiri yang berbeda dengan lainnya.
1. Karangan narasi
a. Cerita berdasarkan imajinasi.
b. Bahasa yang digunakan tidakbaku.
c. Dihiasi dengan majas.
d. Berbahasa konotasi.
e. Bersifat polyinterpretable.
2. Karangan deskripsi
a. Teliti dan cermat rinciannya.
b. Tidak emosional cara penyajiannya.
c. Menggunakan pola urutan tertentu.
d. Kalimat yang digunakan tidak hanya merangsang satu indra.
3. Karangan eksposisi
a. Berupa paparan terhadap sesuatu objek.
b. Bersifat objektif.
c. Pola penutup berupa penegasan.
4. Karangan argumentasi
a. Memuat data-data yang bersifat objektif.
b. Kejadian-kejadian berupa fakta/bersifat fakta.
c. Bersifat objektif.
d. Berupa pendapat yang disertai alasan yang logis.

F.  Penulisan Kerangka Karangan Penulisan kerangka karangan dapat disusun berdasarkan tipe alamiah dan logis.
1. Tipe alamiah disusun berdasarkan urutan peristiwa
a. Urutan ruang/tempat dari muka ke belakang, dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dari urutan utara ke selatan, dan seterusnya.Contoh: Menjelaskan tentang sebuah candi dapat digambarkan dari keadaan dasar candi, tengah, menuju ke atas.
b. Urutan waktu Contoh: Menerangkan tentang sejarah Candi Borobudur pada zaman dahulu, fungsi untuk zaman sekarang, dan seterusnya.
2. Tipe logis disusun berdasarkan pikiran manusia dalam menghadapi permasalahan yang akan ditulisTipe logis dapat dibedakan menjadi:
(a) sebab-akibat, (b) akibat-sebab, (c) umum-khusus, (d)khusus-umum, dan (e) klimaks ke antiklimaks.

Menentukan Gagasan Pokok

Menemukan ide pokok paragraf merupakan sutau kewajiban bagi pembaca ketika mencoba menambah wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Keterampilan menemukan ide pokok bisa dilatih dan dikembangkan secara teratur dan berkesinambungan sehingga menangkap inti bacaan atau informasi yang diterimanya menjadi tepat, akurat, dan cermat.

Inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawahkan gagasan yang lain. Oleh sebab itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain (menyubordinasi gagasan lain). Gagasan-gagasan lain yang terwujud dalam kalimat-kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu berantai-berkesinambungan guna membentuk kesatuan paragraf.

Menemukan inti atau ide pokok bisa disiasati dengan mengenal tipe paragraf, berdasarkan pola penalaran dan pola pengembangannya. Bila dilihat dari segi pola penalarannya, paragraf bisa berbentuk tipe deduktif dan induktif. Lain halnya bila kita lihat dari pola pengembangannya, tipe paragraf dapat berupa paragraf definisi, paragraf contoh, paragraf sebab-akibat(kausalitas), paragraf perbandingan (persamaan-perbedaan), paragraf pertentangan, paragraf kronologi, dan sebagainya.

Pola penalaran deduktif merupakan cara berpikir yang dimulai dengan rumusan pernyataan umum. Biasanya ditempatkan di awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat-kalimat penjelas. Pola penalaran induktif merupakan pola berpikir dengan menggunakan peristiwa atau hal-hal khusus untuk menarik kesimpulan umum. Hal-hal atau peristiwa khusus yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang sejenis, seklasifikasi, paralel, dan digunakan sebagai data yang memperkuat gagasan untuk menarik kesimpulan. Secara logis, berdasarkan beberapa, banyak, atau semua data, pembaca digiring ke suatu kesimpulan umum atas peristiwa atau hal-hal tersebut. Pola penyimpulan bisa secara induktif, generalisasi, bahkan analogi.

Bila kita memenukan gagasan pokok berdasarkan pola penalarannya, ide pokok terdapat di kalimat awal atau di akhir paragraf. Perlu diketahui bahwa kalimat awal atau akhir paragraf bisa saja merupakan kalimat majemuk bertingkat, bahkan mungkin kompleks. Namun, inti gagasan terdapat pada induk kalimatnya, yakni unsur S-P (O)/(Pel.), sedangkan berdasarkan pola pengembangannya, ide pokok paragraf biasanya berada di awal paragraf.

Yang sering membuat pembaca bingung menentukan ide pokok adalah bila paragraf yang dibacanya bertipe naratif atau deskriptif. Ide pokok paragraf biasanya terjabarkan secara merata berkesinambungan dalam semua kalimat paragraf tersebut. Oleh sebab itu, pembaca harus pandai menemukan kata-kata kunci (key words) paragraf itu. Berdasarkan kata-kata kunci itulah kita dapat menentukan kalimat ide pokok.

Berbagai bentuk evaluasi, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi, tipe soal menentukan ide pokok atau inti gagasan pasti kita temukan. Hal itu bisa kita temukan pula dalam ulangan harian, ulangan blok, ulangan umum, ulangan semester, ulangan kenaikan, bahkan ujian nasional serta tes ke perguruan tinggi. Oleh karena iu, kepandaian menemukan ide pokok bisa ditingkatkan dan dilatih dengan cara membiasakan dan meningkatkan terus keamampuan membaca. Berlatih dan terus berlatih demi kemajuan kita semua.

Sumber bacaan untuk berlatih kita dapat menemukannya dalam berbagai bentuk dan corak, asalkan bersifat edukatif, intelektual, dan rasional. Kemajuan teknologi informasi dapat kita manfaatkan untuk hal ini sejalan dengan pengembangan wawasan kita sendiri. Membaca merupakan hal yang signifikan dalam kehidupan kita manakala kita menjadi individu masyarakat yang semakin meningkat taraf kualitas pribadi dan peradabannya. Selamat berlatih.

Majas

Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang.

Macam-Macam Majas dengan contohnya:

1) Majas Metafora adalah Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru. Contoh : Raja siang, kambing hitam

2) Majas Alegori adalah Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh. Contoh : Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi

3) Majas Personifikasi adalah Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup. Contoh : Awan menari – nari di angkasa, baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk

4) Majas Perumpamaan ( Majas Asosiasi ) adalah Suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh : Bagaikan harimau pulang kelaparan, seperti menyulam di kain yang lapuk
5) Majas Antilesis adalah Gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlawanan. Contoh : Air susu dibalas air tuba
6) Majas Hiperbola adalah Suatu gaya bahasa yang bersifat melebih – lebihkan. Contoh : Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan

7) Majas Ironi adalah Gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus. Contoh : Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca

8 ) Majas Litotes adalah Majas yang digunakan untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati. Contoh : Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah )

9) Majas Sinisme adalah Majas yang menyatakan sindiran secara langsung. Contoh : Perilakumu membuatku kesal

10) Majas Oksimoron adalah Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh : Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis

11) Majas Metonimia adalah Majas yang memakai merek suatu barang. Contoh : Kami ke rumah nenek naik kijang

12) Majas Alusio adalah Majas yang mepergunakan peribahasa / kata – kata yang artinya diketahui umum. Contoh : Upacara ini mengingatkan aku pada proklamasi kemerdekaan tahun 1945

13) Majas Eufemisme adalah Majas yang menggunakan kata – kata / ungkapan halus / sopan. Contoh : Para tunakarya itu perlu diperhatikan

14) Majas Elipsis adalah Majas yang manghilangkan suatu unsure kalimat. Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )

15) Majas Inversi adalah Majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat. Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia

16) Majas Pleonasme adalah Majas yang menggunakan kata – kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata. Contoh : Mari naik ke atas agar dapat meliahat pemandangan

17) Majas Antiklimaks adalah Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut – turut yang makin lama makin menurun. Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa

18) Majas Klimaks adalah Majas yang menyatakan beberapa hal berturut – turut yang makin lama makin mendebat. Contoh : Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek

19) Majas Retoris adalah Majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya sudah diketahui. Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup ?

20) Majas Aliterasi adalah Majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi awalnya sama. Contoh : Inikah Indahnya Impian ?

21) Majas Antanaklasis adalah Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah

22) Majas Repetisi adalah Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan. Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku

23) Majas Paralelisme adalah Majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun dalam baris yang berbeda. Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu

24) Majas Kiasmus adalah Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse. Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya

25) Majas Simbolik adalah Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan dengan benda – benda lain. Contoh : Dia menjadi lintah darat

26) Majas Antonomasia adalah Majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya. Contoh : Si pincang, Si jangkung, Si kribo

27) Majas Tautologi adalah Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata – kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti. Contoh : Saya khawatir dan was – was dengannya

Jenis karangan


  1. Narasi
adalah wacana atau karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri  peristiwa yang diceritakan itu.
Kunci:
    1. Ada urutan peristiwa atau kejadian atau jalur cerita (plot)
    2. Ada tokoh
    3. Ada latar setting (tempat, waktu dan suasana)
Jenis narasi
1.      Narasi fiktifi yakni narasi yang bersifat imaginative, narasi semacam ini
      disebut narasi sugestif.
Kunci

      • bahasa cenderung sigulatif dan komolatif
      • menggugah imajinasi
      • menyampaikan amanat secara tersirat
2.      Narasi nonfiktif yakni narasi yang mengisahkan peristiwa yang benar-benar
      terjadi. Narasi semacam ini disebut dengan narasi ekspositioris
Kunci

·         Bahasa cenderung informative dan denotative
·         Menggunakan penalaran
·         Menyampaikan informasi untuk memperluas wawasan

b.   Karangan deskripsi
Karangan ynag bertujuan untuk memberi tahu gambaran sesuatu kepada pembaca. Sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang dideskripsikan.
Kunci
·         Menggambarkan keadaan atau sesuatu
·         Objek yang dideskripsikan dapat berupa keindahan alami,
keindahan jasmani. Watak atau objek tertentu yang dapat diserap  panca indra.

c.   Karangan eksposisi
Karangan yang bertujuan untuk memaparkan atau menjelaskan suatu hal atau objek.
Kunci
·         Umumnya berupa ciri-ciri atau identifikasi suatu objek.
·         Menggunakan contoh grafik, dan sejenisnya dengan tujuan
menjelaskan kepada pembaca.




d.   Karangan argumentasi
Karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca.
Kunci
·         Memberikan alas an yang kuat atau meyakinkan
·         Menggunakan contoh grafik, dan sejenisnya dengan tujuan
menjelaskan kepada pembaca.

Langkah-Langkah Mengarang
Untuk semua jenis karangan pada prinsipnya sama yaitu
  1. Menetapkan tema
  2. Merumuskan tujuan
  3. Mengumpulkan bahan
  4. Menyiapkan atau membuat kerangka tulis
  5. Mengembangkan kerangka tulisan menjadi karangan   

Rabu, 01 Februari 2012

Surat Kuasa

Contoh Surat kuasa yang di ajarkan oleh bapak Abdul Ghofur S.Pd




Keterangan:



Untuk Uang dibawah Rp. 1.000.000,00 Menggunakan materai 3000

 
Untuk Uang diatas Rp. 1.000.000,00 menggunakan materai 6000
Untuk File asli download di sini!!!

Selasa, 31 Januari 2012

Memo

Ini memo contoh memo yang di ajarakan oleh Bapak Abdul Ghofur, S.Pd



Keterangan:

  1. Kepala Memo
  2. Kata Memo
  3. Perihal, Tujuan & Asal Memo
  4. Isi
  5. Tempat Tanggal lahir Pembuatan Memo
  6. Jabatan, TTD, Nama Lengkap Pembuat
Untuk File asli bisa download disini

Pendapat Anda untuk Blog Kami

Comment